Monday, March 23, 2015

Diuji karena Cinta

Terkadang aku merasa Malaikat terlalu serius mencatat omonganku.

Dulu, dulu sekali, sudah lebih dari 15 tahun yang lalu ;
Me : pak, pengen ku nanti bisa kerja di kantor kelurahan.
Bapak : laaah, cita cita kok hanya segitu. *kemudian Bapak tertawa*

Dan berbelas tahun kemudian omonganku terwujud. Ah sayangnya Bapak sudah almarhum, jika beliau masih ada tentu kami bisa mentertawakan masalalu.

Tuesday, March 17, 2015

Sacrifice.

Judul tulisanku ini berat banget ya, udah kayak mo nulis kisah cinta romeo dan juliet yang penuh pengorbanan ajah.

Padahal daku cuma mo cerita pengalaman beberapa hari lalu saat diminta bantuan mengambil 3 setel bahan baju ibu PKK. Ambil bahan bajunya sih di dinas KB, untuk kemudian kubawa ke kantor lurah.

Tidak ada yang spesial, hanya saja ada yang menarik dari caraku memperlakukan bahan setelan tadi. Tanpa kusadari, aku begitu istimewa membawanya. Lebih berhati-hati membawa bahan baju ini ketimbang aku yang dulu sering membawa dokumen negara semacam RKA. Kalau dokumen hilang, solusinya bisa minta printout ulang dengan resiko diomelin atasan. Nah kalo bahan baju ini hilang, selain makan omelan juga harus mengeluarkan uang extra untuk pengganti dong. Harga per setel baju IDR 850k, dikali 3 udah berapa coba.

Maka bahan kain yang sudah kuambil dari dinas KB kubungkus dengan kain kresek dan kutenteng ditangan kiri. Tangan kanan menenteng tas kerja. Mo dimasukkan kedalam tas ga muat. Tas kerjaku berupa tas tenteng Zara kw1 yang isinya sudah sangat padat, ada buku catatan kas kantor, dompet eiger panjang, smartphone sony xperia sp, wadah minum tupperware uk 500ml, pompa ASI pigeon dan botol kaca penyimpan ASI, dompet koin, wadah mungil untuk menyimpan ballpoint&token bca, dan payung lipat mini. Gak ada bedak apalagi lipstik disitu. Serius beneran ga ada :D

Dengan kondisi tas yang "berjubelan" seperti itu otomatis kantong kresek harus ditenteng ditangan satunya. Mulai dari keluar rumah sampai ke halte, ciyee halte bahasanya, padahal cuma bale-bale bambu panjang yang ada atapnya, yang tetap saja kusebut halte biar ga nampak bener tinggal di dusun. Sampai duduk diangkot pun, kantong kresek tadi kuletakkan duduk manis dipangkuan walaupun kursi disebelahku kosong. Karena pernah jaman kuliahan dulu 2kali ketinggalan barang di bus kota, kali ini jangan sampe kejadian lagi.

Finally, begitu tiba dikantor dan barang sudah berpindah tangan ke pemiliknya, rasanya tuh legaaaa banget.

Monday, March 2, 2015

Ada Telur Ayam diatas rumah.

"plokk"

Ada sesuatu yang jatuh dihalaman rumah. Kuintip dari balik jendela kamar. Telor ayam kampung jatuh dari atap rumah, dan langsung pecah.

Aku keluar. Kulihat diatap rumah. Ada ayam sedang mengeram. Waaawh.. Jangan jangan ada banyak telur diatas rumah. Karena sudah 2 kali telur ayam jatuh dari atap.

Dengan bantuan tetangga seberang rumah, yang pondoknya lebih tinggi dari rumahku, diintiplah si ayam tadi. Benar ternyata, ada banyak telur ditempat ayam mengeram.

Kalau kemarin ditemukan 16 butir ayam diseal-sela tanaman samping rumah, kali ini diatas atap. Belum tau berapa jumlahnya. Aku juga belum tau siapa pemilik ayam ini. Kemungkinan besar ini ayam milik mantan pak RT, kata tetanggaku.

Nanti sore akan kukabari ke yang punya. Kasian lokasi telur2 ayam itu berada diatap yg posisinya miring. Kuatir jatuh satu persatu nanti.

Orang bilang kalau ayam demen bertelur dirumah kita, itu menandakan baik. Ya alhamdulillah kalau gitu. Ayo Zizi, say welcome to ayam ayam tetangga :)

Sunday, March 1, 2015

16 Butir Telur Ayam

Dirumahku tidak ada kandang hewan. Tetapi rumahku tidak pernah sepi dari suara hewan. Entah mengapa halaman rumah seringkali dijadikan basecamp oleh beberapa peliharaan tetangga. Kucing, burung, ayam, dan bebek. Acapkali mereka berkumpul dihalaman belakang. Tetapi sering juga diteras depan. Terlebih saat hujan turun, beberapa ayam sukanya "berteduh" diteras, malah bawa anak-anaknya juga. Jadi aku sudah biasa menemukan eek ayam diteras. Sementara itu bebek lebih sopan, kawanan itu lebih memilih halaman belakang rumah dan rame-rame menyerodot tanaman kangkungku.
Kalau burung lebih suka bermain diatas rumah, pagi2 hari suara burung berkejaran terdengar diatas plafon. Kurasa mereka nyaman diatas sana.

Beberapa hari lalu ada cerita seru sehubungan dengan "peternakan" ilegal dirumahku, jadi ceritanya bibik yang sedang membersihkan rumput liar disekeliling rumah terpekik saat menemukan telur ayam dibalik tanaman ubi jalar yang lebat disamping rumah. Dulu ibuku yang menanam ubi jalar tersebut. Tak pernah pun kurawat, tapi tetap tumbuh dengan subur. Memang tangan Ibuku itu terkenal dingin. Apapun yang ditancapkan ke bumi pasti menjadi. Jangan aja ibu iseng menancapkan duit, aku kuatir nanti tumbuh pohon uang disana. Repot aku kalau mendadak menjadi miliader, pasti nanti direbutkan banyak parpol :P

Balik ke telur tadi, karena saking banyaknya telur yang ditemukan (16 butir!), hebohlah si bibik. Teriakannya terdengar sampai ke gang belakang rumah. Belum hilang rasa kaget dan senang, muncul tetangga yang mengatakan itu telur ayam miliknya, disertai cerita barang bukti bahwa ayamnya tadi petok petok menandakan selesai bertelur. Maka ke16 telur tadi langsung diboyong tetangga.

Aku nggak ada masalah dong karena memang tidak memiliki piaraan unggas. Namun berbeda tanggapan dengan tetangga lain. Mereka menyesalkan kenapa telur2 tersebut langsung diangkut. Semestinya dibiarkan dulu, ditunggu dan dilihat ayam mana nanti yang mengeram telur2 tersebut. Nanti bakal ketahuan ayam siapa pemilik telur. Hihi, bener juga sih, secara tetangga kanan kiri depan, pada punya ayam walo sedikit. Dan lagi, kata tetangga lain, ayam tetangga yang diakui memiliki telur2 itu hobinya "manjat" ke atas rumahku ketimbang berkais merumput, jadi ada kemungkinan itu bukan telurnya karena diduga ayam itu bertelornya diatas rumah. Beugh aku yang punya rumah malah ga tau detil kebiasaan2 ayam itu, tetangga seberang rumah kok bisa sampe hapal gitu. Padahal kulihat sepintas wajah-wajah ayam itu sama semua.

Keesokan harinya, saat aku sedang memangku Zetta duduk dikursi depan, kulihat ayam tetangga yang diakui pemilik 16butir telor "terbang" naik keatap rumahku. Ga lama kemudian ia memekik petok-petok turun lagi kebumi, disertai  jatuhnya 1 butir telor dari atas rumah. Sayang telur itu langsung pecah. Nah berarti... 16 butir kemarin... Berarti ... benar kata tetangga depan, ayam yang ini hobinya manjat keatap kalau bertelur.

Ah untung Zetta masih bayi, kalau ia sudah besar bisa-bisa merengek ngajak aku keatas mencari telur ayam. Ahaayy...

---------------------------
Moral of the story : manusia itu ya, kalau soal rezeki sebisa mungkin ga mau kehilangan. Sekian tahun aku menempati rumah itu, belum pernah ada yang mengklaim pemilik tai ayam yang sering menodai halamanku.