Sunday, March 1, 2015

16 Butir Telur Ayam

Dirumahku tidak ada kandang hewan. Tetapi rumahku tidak pernah sepi dari suara hewan. Entah mengapa halaman rumah seringkali dijadikan basecamp oleh beberapa peliharaan tetangga. Kucing, burung, ayam, dan bebek. Acapkali mereka berkumpul dihalaman belakang. Tetapi sering juga diteras depan. Terlebih saat hujan turun, beberapa ayam sukanya "berteduh" diteras, malah bawa anak-anaknya juga. Jadi aku sudah biasa menemukan eek ayam diteras. Sementara itu bebek lebih sopan, kawanan itu lebih memilih halaman belakang rumah dan rame-rame menyerodot tanaman kangkungku.
Kalau burung lebih suka bermain diatas rumah, pagi2 hari suara burung berkejaran terdengar diatas plafon. Kurasa mereka nyaman diatas sana.

Beberapa hari lalu ada cerita seru sehubungan dengan "peternakan" ilegal dirumahku, jadi ceritanya bibik yang sedang membersihkan rumput liar disekeliling rumah terpekik saat menemukan telur ayam dibalik tanaman ubi jalar yang lebat disamping rumah. Dulu ibuku yang menanam ubi jalar tersebut. Tak pernah pun kurawat, tapi tetap tumbuh dengan subur. Memang tangan Ibuku itu terkenal dingin. Apapun yang ditancapkan ke bumi pasti menjadi. Jangan aja ibu iseng menancapkan duit, aku kuatir nanti tumbuh pohon uang disana. Repot aku kalau mendadak menjadi miliader, pasti nanti direbutkan banyak parpol :P

Balik ke telur tadi, karena saking banyaknya telur yang ditemukan (16 butir!), hebohlah si bibik. Teriakannya terdengar sampai ke gang belakang rumah. Belum hilang rasa kaget dan senang, muncul tetangga yang mengatakan itu telur ayam miliknya, disertai cerita barang bukti bahwa ayamnya tadi petok petok menandakan selesai bertelur. Maka ke16 telur tadi langsung diboyong tetangga.

Aku nggak ada masalah dong karena memang tidak memiliki piaraan unggas. Namun berbeda tanggapan dengan tetangga lain. Mereka menyesalkan kenapa telur2 tersebut langsung diangkut. Semestinya dibiarkan dulu, ditunggu dan dilihat ayam mana nanti yang mengeram telur2 tersebut. Nanti bakal ketahuan ayam siapa pemilik telur. Hihi, bener juga sih, secara tetangga kanan kiri depan, pada punya ayam walo sedikit. Dan lagi, kata tetangga lain, ayam tetangga yang diakui memiliki telur2 itu hobinya "manjat" ke atas rumahku ketimbang berkais merumput, jadi ada kemungkinan itu bukan telurnya karena diduga ayam itu bertelornya diatas rumah. Beugh aku yang punya rumah malah ga tau detil kebiasaan2 ayam itu, tetangga seberang rumah kok bisa sampe hapal gitu. Padahal kulihat sepintas wajah-wajah ayam itu sama semua.

Keesokan harinya, saat aku sedang memangku Zetta duduk dikursi depan, kulihat ayam tetangga yang diakui pemilik 16butir telor "terbang" naik keatap rumahku. Ga lama kemudian ia memekik petok-petok turun lagi kebumi, disertai  jatuhnya 1 butir telor dari atas rumah. Sayang telur itu langsung pecah. Nah berarti... 16 butir kemarin... Berarti ... benar kata tetangga depan, ayam yang ini hobinya manjat keatap kalau bertelur.

Ah untung Zetta masih bayi, kalau ia sudah besar bisa-bisa merengek ngajak aku keatas mencari telur ayam. Ahaayy...

---------------------------
Moral of the story : manusia itu ya, kalau soal rezeki sebisa mungkin ga mau kehilangan. Sekian tahun aku menempati rumah itu, belum pernah ada yang mengklaim pemilik tai ayam yang sering menodai halamanku.

No comments:

Post a Comment